Siapa yang suka maen games? Saya biasanya main games karena ada iming-iming hadiahnya, hihihi. Dulu pertama kali maen Lets Get Rich, karena tahu ada kompetisi berhadiah sampai 50 juta rupiah. Terus ngasih tahu Rudi permainan ini, dan sampai sekarang Rudi masih main Lets Get Rich, saya sih udah nggak soalnya sering banget muncul "Network is unstable", kan jadi syebel yah. Lagi enak-enak maen, eh sinyalnya ilang. Dan auto play, kalah deh. Hiks.
Meski saya juga termasuk orang yang suka maen games, tapi kadang suka sebel sama suami klo keasyikan maen games. Menurut beberapa pengakuan teman yang sama-sama udah punya suami yang ternyata juga suka maen games, mereka kadang sebel karena gadget adalah hal pertama kali yang dicari sang suami ketika bangun tidur, hihihi. Beberapa teman juga sempet posting beginian:
Jadi kamu sayang aku ato games kamu itu bang?
Dengan latar belakang menyukai games dan bersuami penyuka games juga, saya tertarik buat ikutan salah satu acara tentang "BAHAYA GAMES", woooo... Ternyata eh ternyata, games bukan cuma mengakibatkan kecanduan untuk maen games aja lho! Maen games berlebih bisa membuat berbagai dampak negatif lain.
Ini kisah nyata dari salah satu narasumber, namanya Muhamad Nur Awaludin.
Nama bekennya Mumu. Cowok kelahiran 1991 ini sudah maen games sejak kelas 4 SD, katanya games pertama yang dimainkan oleh Mumu adalah CTR. Hihihi, sama banget sama saya ini mah. Dulu seneng banget maen CTR, nyewa PS masih bisa 500 perak selama 15 menit, tapi kalo sejam cuma 1500. Hihihi.
Pertama saya denger cerita Mumu ini, saya biasa aja karena sayapun dulu begitu, tapi ternyata kisah Mumu bukan cuma kecanduan maen games. Saat ketergantungan maen games, Mumu sempet melakukan tindakan pencurian dirumahnya sendiri. Mulai dari uang milik ibunya yang notabene adalah guru yang dititipkan uang tabungan anak-anak, sampai uang kencleng milik ayahnya. Saat SMP, Mumu mulai terpapar konten pornografi, kata Mumu konten pornografi yang pertama kali dia liat adalah cover kaset PS BMX. Gambar perempuan dengan baju minim sedang menaiki sepeda. Tunggu dulu, sebelum lanjut baca pastikan nggak dibaca bareng anak-anak ya! Saya attach sampul kaset PS yang Mumu maksud lho! Bagi kita yang dewasa mungkin biasa saja, tapi bagi anak-anak? Mumu bilang itu sangat menyenangkan, membuatnya penasaran.
Ketergantungan Mumu pada games nggak cuma sampai disitu, saat SMA Mumu sudah mulai kecanduan bermain games dan juga melihat konten pornografi. Bahkan sampai berjudi! Mencuripun pernah dilaluinya, kini bukan lagi milik orang tua. Mumu sudah mulai berani mencuri dari tempat lain. Terutama dari tempatnya menyewa PS. Dari awalnya bermain CTR, Winning Eleven, dan akhirnya Mumu juga mulai kecanduan games online. Tidak cukup dengan mencuri, Mumu mulai melakukan UNIKO (Usaha Nipu Kolot) untuk mendapatkan uang lebih agar bisa berjudi dan bermain games sambil membeli video porn*. Astagfirullah... Orang tua Mumu kemana?
Mereka ada, mereka merasa Mumu baik-baik saja karena pada dasarnya nilai ujian dan rapor Mumu di Sekolah tidak mengalami penurunan. Duh denger cerita Mumu ini saya jadi khawatir sama anak saya kelak. Killua yang masih ada dalem perut ini gimana ya nantinya? Mungkin aja dirumah terlihat baik-baik saja, gimana kalau lingkungan sekolah atau lingkungan tempat tinggalnya nanti berpengaruh buruk? *kekepin perut*
Nggak sampai disitu, saat akan masuk perguruan tinggi Mumu dipaksa untuk berpuasa bermain games dan tentu saja menonton blue film. Hampir 3 bulan Mumu berpuasa agar menyiapkan diri untuk mengikuti SPMB dengan berbagai les. Saat itu Mumu merasakan stress yang luar biasa, alhasil saat pengumuman hasil SPMB, Mumu dinyatakan tidak Lulus. *hufh* Disitulah awal ketergantungan Mumu makin menjadi, Mumu meminta pada orang tuanya untuk bermain games saja. Sayangnya, saat itu orang tua Mumu berfikiran:
Sayangnya pemikiran itu salah. Mumu merasa dalam games online yang dia mainkan (World of Warcraft), dia lebih dihargai, dibutuhkan, dan diterima dibandingkan dalam kehidupan nyata. Pada kenyataannya Mumu kecil yang dulu menjadi juara MTQ Se-Kecamatan, berubah menjadi sangat negatif karena merasa sangat KESEPIAN. Ayah dan Ibu Mumu sibuk bekerja, saat Mumu pulang sekolah yang ia dapati hanyalah dirinya sendiri. Itulah asal muasal mengapa Mumu kecanduan games dan pornografi. Kesehatannya menurun, selama 2 tahun setelah lulus SMA, Mumu hanya menghabiskan waktu dikamar. Dengan games online, dengan video porn*. Mumu memiliki kehidupan dan imajinasinya sendiri, ia menjadi sangat introvert dan tidak peduli pada lingkungan sekitar.
Tak ada yang salah dengan games. Yang salah adalah ketika kita tidak mampu menguasai diri untuk bermain. Mumu pernah menyebrang jalan dan hampir tertabrak truck. Dalam pikiran Mumu, ia sedang dalam games. Yang jika tertabrak, maka akan hidup kembali karena memiliki 3 nyawa. Kebayang nggak sih sebegitu berpengaruhnya games?
Saya menceritakan kisah Mumu ini pada Rudi, Rudi bilang "Iya, dulu juga aku kesepian makanya aku suka maen games Winning Eleven alias PES. Sekarang kan udah ada kamu, jadi maennya get rich! Yang ngajakin maen get rich juga kan dulunya kamu?" Iya juga sih.
Well konten pornografi memang banyak terdapat dalam games.. Bahkan di games getrich yang sering saya dan rudi mainkan. Karakter perempuan dalam game tersebut rata-rata memiliki badan ramping dengan baju minim. Selama ini saya tidak sadar bahwa games tersebut berisi konten pornografi. Cerita Mumu tidak hanya sampai disini, dari kecanduan games dan pornografi, Mumu bisa berevolusi. Ada hal-hal yangmembuat Mumu bangkit dan menjadi Gamers Insyaf. Saya ceritakan dipostingan selanjutnya ya! Semoga bermanfaat! ^^
Meski saya juga termasuk orang yang suka maen games, tapi kadang suka sebel sama suami klo keasyikan maen games. Menurut beberapa pengakuan teman yang sama-sama udah punya suami yang ternyata juga suka maen games, mereka kadang sebel karena gadget adalah hal pertama kali yang dicari sang suami ketika bangun tidur, hihihi. Beberapa teman juga sempet posting beginian:
Jadi kamu sayang aku ato games kamu itu bang?
Dengan latar belakang menyukai games dan bersuami penyuka games juga, saya tertarik buat ikutan salah satu acara tentang "BAHAYA GAMES", woooo... Ternyata eh ternyata, games bukan cuma mengakibatkan kecanduan untuk maen games aja lho! Maen games berlebih bisa membuat berbagai dampak negatif lain.
Ini kisah nyata dari salah satu narasumber, namanya Muhamad Nur Awaludin.
Nama bekennya Mumu. Cowok kelahiran 1991 ini sudah maen games sejak kelas 4 SD, katanya games pertama yang dimainkan oleh Mumu adalah CTR. Hihihi, sama banget sama saya ini mah. Dulu seneng banget maen CTR, nyewa PS masih bisa 500 perak selama 15 menit, tapi kalo sejam cuma 1500. Hihihi.
Pertama saya denger cerita Mumu ini, saya biasa aja karena sayapun dulu begitu, tapi ternyata kisah Mumu bukan cuma kecanduan maen games. Saat ketergantungan maen games, Mumu sempet melakukan tindakan pencurian dirumahnya sendiri. Mulai dari uang milik ibunya yang notabene adalah guru yang dititipkan uang tabungan anak-anak, sampai uang kencleng milik ayahnya. Saat SMP, Mumu mulai terpapar konten pornografi, kata Mumu konten pornografi yang pertama kali dia liat adalah cover kaset PS BMX. Gambar perempuan dengan baju minim sedang menaiki sepeda. Tunggu dulu, sebelum lanjut baca pastikan nggak dibaca bareng anak-anak ya! Saya attach sampul kaset PS yang Mumu maksud lho! Bagi kita yang dewasa mungkin biasa saja, tapi bagi anak-anak? Mumu bilang itu sangat menyenangkan, membuatnya penasaran.
Ketergantungan Mumu pada games nggak cuma sampai disitu, saat SMA Mumu sudah mulai kecanduan bermain games dan juga melihat konten pornografi. Bahkan sampai berjudi! Mencuripun pernah dilaluinya, kini bukan lagi milik orang tua. Mumu sudah mulai berani mencuri dari tempat lain. Terutama dari tempatnya menyewa PS. Dari awalnya bermain CTR, Winning Eleven, dan akhirnya Mumu juga mulai kecanduan games online. Tidak cukup dengan mencuri, Mumu mulai melakukan UNIKO (Usaha Nipu Kolot) untuk mendapatkan uang lebih agar bisa berjudi dan bermain games sambil membeli video porn*. Astagfirullah... Orang tua Mumu kemana?
Mereka ada, mereka merasa Mumu baik-baik saja karena pada dasarnya nilai ujian dan rapor Mumu di Sekolah tidak mengalami penurunan. Duh denger cerita Mumu ini saya jadi khawatir sama anak saya kelak. Killua yang masih ada dalem perut ini gimana ya nantinya? Mungkin aja dirumah terlihat baik-baik saja, gimana kalau lingkungan sekolah atau lingkungan tempat tinggalnya nanti berpengaruh buruk? *kekepin perut*
Nggak sampai disitu, saat akan masuk perguruan tinggi Mumu dipaksa untuk berpuasa bermain games dan tentu saja menonton blue film. Hampir 3 bulan Mumu berpuasa agar menyiapkan diri untuk mengikuti SPMB dengan berbagai les. Saat itu Mumu merasakan stress yang luar biasa, alhasil saat pengumuman hasil SPMB, Mumu dinyatakan tidak Lulus. *hufh* Disitulah awal ketergantungan Mumu makin menjadi, Mumu meminta pada orang tuanya untuk bermain games saja. Sayangnya, saat itu orang tua Mumu berfikiran:
"Daripada mabuk, stress, nggak jelas mainnya. Nggak apa-apa maen Game saja. Maen games kan dirumah, jadi bisa diawasi setiap saat."
Sayangnya pemikiran itu salah. Mumu merasa dalam games online yang dia mainkan (World of Warcraft), dia lebih dihargai, dibutuhkan, dan diterima dibandingkan dalam kehidupan nyata. Pada kenyataannya Mumu kecil yang dulu menjadi juara MTQ Se-Kecamatan, berubah menjadi sangat negatif karena merasa sangat KESEPIAN. Ayah dan Ibu Mumu sibuk bekerja, saat Mumu pulang sekolah yang ia dapati hanyalah dirinya sendiri. Itulah asal muasal mengapa Mumu kecanduan games dan pornografi. Kesehatannya menurun, selama 2 tahun setelah lulus SMA, Mumu hanya menghabiskan waktu dikamar. Dengan games online, dengan video porn*. Mumu memiliki kehidupan dan imajinasinya sendiri, ia menjadi sangat introvert dan tidak peduli pada lingkungan sekitar.
Tak ada yang salah dengan games. Yang salah adalah ketika kita tidak mampu menguasai diri untuk bermain. Mumu pernah menyebrang jalan dan hampir tertabrak truck. Dalam pikiran Mumu, ia sedang dalam games. Yang jika tertabrak, maka akan hidup kembali karena memiliki 3 nyawa. Kebayang nggak sih sebegitu berpengaruhnya games?
Saya menceritakan kisah Mumu ini pada Rudi, Rudi bilang "Iya, dulu juga aku kesepian makanya aku suka maen games Winning Eleven alias PES. Sekarang kan udah ada kamu, jadi maennya get rich! Yang ngajakin maen get rich juga kan dulunya kamu?" Iya juga sih.
Well konten pornografi memang banyak terdapat dalam games.. Bahkan di games getrich yang sering saya dan rudi mainkan. Karakter perempuan dalam game tersebut rata-rata memiliki badan ramping dengan baju minim. Selama ini saya tidak sadar bahwa games tersebut berisi konten pornografi. Cerita Mumu tidak hanya sampai disini, dari kecanduan games dan pornografi, Mumu bisa berevolusi. Ada hal-hal yangmembuat Mumu bangkit dan menjadi Gamers Insyaf. Saya ceritakan dipostingan selanjutnya ya! Semoga bermanfaat! ^^
Main game seperti candu,Mbak...kalah tertantang untuk menang, kalau menang tertantang dengan level selanjutnya begitu setrusnya...tapi, ada juga siih game yang ada unsur edukasinya, mungkin gpp kali yaa yang maen kayak gitu :D
ReplyDeleteHehehe iya mba, klo games yang edukasi tapi biasanya nggak bikin adiktif ya :D
DeleteBener sih ya, daripada laki kelayapan nggak jelas. MEnding biarin aja main game ya Mak. Tapi kan kalo main gamenya sampe lupa waktu, lupa anak, lupaistri kan ngeselin juga ya Maaaak. Ehehehee
ReplyDeleteKalo sampe lupa istri rebut aja gadgetnya mba :D Hihihi
DeleteLeh uga :D
DeleteBisa aja mba Amy :D
ReplyDelete