Saya salah satu dari sekian juta penduduk Indonesia yang mungkin terlalu sering melihat keributan di social media mengenai pemilihan presiden tahun 2014 ini. Saya hanya ingin mengungkapkan apa yang saya rasakan, apa yang saya pikirkan.
Awalnya saya bersemangat mencari informasi tentang Capres dan Cawapres yang hanya terdiri dari 2 kubu. Antara Pak Prabowo yang beberapa waktu saya kagumi dengan partai Gerindra, saya pikir visi dan misinya sangat keren dan Joko Widodo, sosok yang membuat saya simpati sejak ikut menjadi salah satu pasangan calon Gubernur DKI. Dan 9 Juli kemarin, saya #AkhirnyaPilih*sensor* :)
Tapi lama kelamaan saya jadi malas membaca tentang Pemilu presiden yang isinya sudah tidak karu-karuan. Miris, ketika pilpres 9 Juli selesai, masih ada provokator-provokator yang mengaku paling benar, merasa hanya pilihannyalah yang benar-benar pantas menjadi Presiden RI ke-7. Teman-teman dan Keluarga setanah air, bukankah kita punya hak memilih yang sudah kita gunakan 9 Juli kemarin?
Jika kamu merasa pilihanmu paling baik, Lalu mengapa masih ada perceraian? Jika memilih pasangan hidup yang awalnya di harapkan hanya akan menikah satu kali seumur hidup saja salah, mengapa pilihan presidenmu adalah yang terbaik dan hanya dia yang paling pantas? Mungkin Capres pilihanmu itu yang TERBAIK versi kamu, bukan versi semua orang.
Jika kamu merasa pilihanmu yang paling pantas, Lalu mengapa kamu masih mempertimbangkan akan pindah perusahaa? Alih profesi? Jika memilih pekerjaan saja yang kita anggap paling baik dan sudah tepat terkadang tidak sesuai, mengapa presiden pilihanmu itu satu-satunya yang BISA MEMIMPIN NEGERI?
Bayangkan, jika Pak Prabowo adalah Ayahmu. Jika Pak Prabowo adalah orang yang paling kamu cintai. Bagaimana perasaanmu jika orang yang paling kamu cintai itu di tertawakan? Di fitnah dan dicaci maki? Begitu pula dengan Pak Jokowi, anggaplah ia seseorang yang sangat kamu hargai, Ayahmu atau suamimu. Bagaimana perasaanmu ketika ia dianggap tidak pantas menjadi pemimpin, di tuduh sebagai seseorang yang tidak amanah, di caci maki dengan jutaan fitnah?
Apa perasaanmu, jika seseorang yang kamu sayang di hujat ramai-ramai. Mungkin kamu akan membelanya mati-matian. Mungkin kamu akan menangis tidak kuat menahan rasa sakit yang bahkan tidak bisa kamu deskripsikan. Apalagi kamu menjadi seseorang yang di terkam ribuan perkataan yang tidak pantas dari orang-orang yang bahkan tidak kamu kenal. Jangankan ingin memimpin mereka, setiap hal yang kamu lakukan selalu salah, selalu jadi fitnah. Kamu akan bagaimana?
Pemilu 9 Juli 2014 sudah terlewati, masih saja ada manusia-manusia dengan pemikiran aneh yang menjelek-jelekan Presiden pilihan orang lain. Apakah agama yang kamu anggap paling benar itu mengajarkanmu cara-cara yang tidak baik?
Apakah Tuhan menciptakan kita untuk saling menghina, memandang rendah, dan tidak menghargai pendapat orang lain?
Teman-teman dan keluarga satu tanah air, saya lelah melihat lalu lalang berita-berita yang tak jelas dari mana sumbernya itu. Saya lelah, membaca fitnah dan tudingan miring yang tersebar begitu cepat. Saya sudah meng-unfollow beberapa teman yang sering sekali sharing tentang hal-hal negatif. Tak bisakah kita berdamai? Minimal berdamai dengan diri sendiri, setidaknya jika presiden pilihanmu itu memang BENAR, cukup tuliskan semangat positif yang bisa membuat lingkunganmu positif, bukan kalimat-kalimat negatif yang menebar kebencian.
Pernahkah terbayang olehmu, jika seseorang yang kamu cintai di benci oleh seluruh rakyat Indonesia hanya karena fitnah dari hal yang tak pernah dilakukannya?
Pernahkah terbayang olehmu, jika seseorang yang kamu cintai di tertawakan oleh seluruh rakyat Indonesia hanya karena pemikiran konyol orang-orang yang tak bertanggung jawab?
Mari berpikir jernih, berpikir kebaikan apa yang seharusnya kita lakukan dan tidak merugikan orang lain.
Mari menjadi manusia bermanfaat yang bisa memberikan kebahagiaan bagi manusia lainnya.
Sekian,
Salam persaudaraan dari saya,
Yang tidak hafal Ayat dan Pasa-pasal yang ada dalam UUD'45.
Yang belum tentu bisa mengamalkan seluruh isi Pancasila.
Yang tidak hafal Ayat dan Pasa-pasal yang ada dalam UUD'45.
Yang belum tentu bisa mengamalkan seluruh isi Pancasila.
No comments:
Post a Comment