Beberapa hari kebelakang, saya merasa sangat tidak produktif. Jangankan memposting apa yang saya rasa dan saya pikirkan di blog ini, kewajiban sebagai freelancer saja ada yang tidak sempat saya kerjakan. *Sungkeman sama klien* Inipun menulis masih dengan perasaan yang nggak jelas, malas bercampur semangat. Seakan sedang dilanda banjir, yang saya nggak tahu kapan surutnya. *apasih my* Saya mungkin terlalu sibuk memperhatikan orang lain. Menyimak apa saja yang sedang mereka lakukan. Saya terlalu asik merasakan "iri" pada apa yang dijalani orang lain. Mulai dari kesenangan mereka melakukan traveling, menikmati makanan-makanan, sampai pada kegiatan yang orang lain lakukan untuk mengejar impian-impiannya. Saya seakan tidak memiliki hal yang ingin saya capai. Mungkin saya lelah..
Konon, wanita memiliki fase dimana akan menjadi sangat sensitif. Dan inilah yang saya rasakan. Melihat kesenangan orang lain, saya ikut senang namun diiringi pula perasaan mellow dengan pertanyaan "Ya Allah koo saya nggak sebahagia itu?". Ada yang mendapatkan keberuntungan, saya langsung merasa "Saya koo sial?", dan ada yang mendapatkan rezeki saya langsung berpikir "Saya koo kekurangan?". #Istigfar. Dalam ketidak produktifan, saya berpikir terus menerus apa yang sebenarnya sedang saya alami. Lalu akhirnya saya disadarkan oleh cerita-cerita miris beberapa kerabat dan kenalan. Saya sadar, beberapa hari ini saya mengkhufuri nikmat... Saya terlalu melihat keatas, terpukau oleh kehidupan yang memang jauh diatas saya. Membuat batin saya drop sehingga saya berada diambang keputus-asaan.
Lalu saya harus bagaimana? Akhirnya saya ingat saran salah satu orang teman yang mengatakan Rumah sakit adalah tempat paling nyaman untuk membandingkan diri tentang kekurangan. Ya, saya menyimpulkan ada 3 tempat yang bisa membuat sayapun menemukan rasa "syukur", menyadari khufur nikmat yang saya lakukan.
Tempat pertama adalah Rumah sakit. Se-elit apapun rumah sakit yang dikunjungi, pasti berisi orang-orang yang kurang sehat. Banyak hal yang bisa disyukuri saat berada di rumah sakit. Dalam Rumah Sakit, kita bisa melihat banyak orang-orang yang berharap untuk tetap hidup, banyak orang yang mengharapkan dapat sembuh, atau setidaknya merasah tubuhnya jadi lebih baik. Di Rumah Sakit pula, kita bisa merasakan bahagianya nikmat kesehatan dan kehidupan.
Tempat kedua adalah Panti Asuhan. Meski sudah banyak panti asuhan yang memiliki standar baik, tetap saja disana kita akan menemukan rasa syukur yang mendalam. Saya merasa sangat bersyukur masih bisa bertemu dengan Mamah dan Papah dengan mudah. Meski kini saya tidak lagi serumah dengan mereka, tapi bila saya memerlukan mereka saya hanya perlu memakan waktu sekitar 15 menit saja untuk bisa menemui mereka. Begitupun dengan adik saya yang menyebalkan, meski saya terkadang kesal dengan tingkah lakunya, tak bisa dipungkiri bahwa banyak hal yang ia lakukan dan bisa membuat saya tertawa. Ya, saya punya keluarga yang menyenangkan. Meski tak sempurna, keluarga saya setidaknya memberikan keceriaan tersendiri dalam kehidupan saya selama ini.
Ditambah lagi dengan adanya keluarga dari pihak Rudi Saya sekarang memiliki mertua yang tak kalah heboh dengan orang tua kandung saya, mereka semua kocak. Belum lagi keponakan-keponakan nakal yang menggemaskan, adapula adik-adik ipar yang sama "lucu"-nya dengan adik saya. Lalu mengapa saya tidak mensyukurinya? Sementara di panti asuhan, banyak yang tidak mengenal kerabatnya. Banyak yang tidak mengetahui keberadaan orangtuanya. Bukan berarti saya bersenang-senang diatas penderitaan orang lain, tapi setidaknya ini menyadarkan saya bahwa masih banyak orang yang kekurangan.
Tempat terakhir adalah pemakaman. Sempatkanlah melayat tetangga atau kerabat yang meninggal dunia. Disana bisa kita lihat apa yang akan menimpa kita semua sebagai manusia. KEMATIAN. Tak perlu takut akan kematian, karena kematian sudah ditentukan sebelum kita lahir. Yang harus kita takuti adalah ketidak siapan kita untuk menghadapi kehidupan yang kekal diakhirat sana. Sudah siapkah semua amalan kita? Atau kita hanya sibuk mengejar impian kita di Bumi ini saja?
Bersyukurlah kita masih memiliki waktu untuk bertaubat. Saya berharap bisa meninggalkan dunia ini dengan khusnul khotimah, atau syahid dijalan Allah SWT. Aamiin.
Setelah mengingat-ingat apa yang saya lakukan beberapa hari terakhir ini. Terlalu sibuk mengejar kebahagiaan di Dunia, padahal sudah sangat jelas kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan "duniawi" jika kita mengejar kebahagiaan dunia. Berbeda bila kita mengejar kebahagiaan akhirat, insyaallah kebahagiaan yang akan kita dapatkan adalah kebahagiaan akhirat dan bonus kebahagiaan dunia. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat buat diri saya sendiri dan teman-teman yang mungkin sedang merasakan "jealous" pada kehidupan orang lain. Percayalah, takdir Allah indah. Kita memiliki banyak nikmat yang bahkan saat ini sedang diidam-idamkan oleh orang lain. Bersyukurlah :)
Semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment