Friday, 20 November 2015

20 November 2013: Langkah Awal Dipertemuan Kelima


Hai kamu yang sedang ada disana. 
Aku hanya ingin mengenang, apa yang pernah terjadi pada kita.
Dua tahun yang lalu, kita sepakat merajut jalinan kasih sayang yang tak akan terputuskan.
Kita berpendapat apa yang kita jadikan impian haruslah disegerakan.
Ya, kala itu bukan pertama kali kita bertemu. Itu pertemuan kelima kita, dan lalu menjadi awal langkah.

Mata yang penuh binar, terpapar bahagia. Pertemuan pertama disebuah kedai dekat pusat kota. Kamu berkata tak sengaja ingin makan di tempat yang sama denganku. Ah, kurasa itu takdir. Namun ternyata bagimu itu taktik. Samar kuingat, jaket yang kamu kenakan. Senyuman yang kamu persembahkan. Madtari menjadi saksi, bersama beberapa kawan.

Dipertemuan kedua, aku memberikan kesan bersemangat. Iya, kala itu aku dan seorang kawan mencoba menjajakan mie instan dalam sebuah pagelaran. Betapa terkesimanya kamu padaku, karena kamu berfikir aku bukanlah wanita manja. Kamu bilang "Kupikir wanita cantik tak mau berusaha.. Kupikir wanita seperti kamu hanya bisa mengandalkan pria.", masihkah kini kamu berfikir seperti itu? Mungkin tidak, pencitraanku saat itu sangat luar biasa. Mungkin kamu merasa tertipu dengan pertemuan kedua kita.

Pertemuan ketiga, kita bersepakat untuk menikmati makanan khas negeri china. Bakso yang menghangatkan, sesuai suasana yang selalu hujan dan kebekuan diantara kita yang belum terlalu saling mengenal. Mungkin kamu bosan, karena kala itu aku selalu beralasan bila kita akan mengadakan pertemuan. Tapi itu bukan untuk menghindarimu, aku hanya terlalu sibuk dengan janji bersama teman-temanku. Dipertemuan ini, kita mencoba saling mengerti dalam diam. Kikuk dengan tawa yang entah apa artinya. Kita menjadi saling menatap, seakan berkata "Kini giliranmu yang bicara!".

Keempat kalinya kita bercengkrama, aku mengajakmu untuk mengenal beberapa teman-temanku. Kita bernyanyi bersama dalam riuhnya suasana. Kemudian kita menyanyikan lagu yang sampai saat ini selalu ingin membuatku tertawa kala mengingatnya.

"Mungkin kau bukan yang pertama bagiku..
Pernah satu hati mengisi hidupku dulu..
Dan kini semua kau katakan padaku,
Jangan ada dusta di antara kita kasih.."

Ada harapan disana, tentang hati yang pernah salah. Tentang seseorang yang pernah pergi, tentang luka yang pernah dialami. Kita seakan sedang saling memberitahukan perasaan untuk tidak lagi dibohongi. Sebelum melangkah terlalu jauh, sebelum mencinta terlalu dalam. Bisakah kita untuk saling menerima semuanya??

Malam yang pekat, udara yang lembab. Kita memutuskan untuk bertemu, kini giliranku yang berhadapan dengan teman kerjamu. Mereka berfikir kita adalah sama dengan mereka. Sepasang kekasih yang sudah memulai drama, berbagi cerita dalam suka dan cita. Duka biarlah hilang, tak perlu lagi dikenang. Dan hari itulah kamu bertanya tentang apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Tentang mau dibawa kemana perasaan rindu dan penasaran yang sudah kita rasakan selama satu bulan. 

Mungkin aku bimbang, tapi ragu itu kamu hilangkan. Bukankah cepat atau lambat kita harus memutuskan bagaimana cerita yang akan kita rangkai? Mau lanjutkan, tidak maka hentikan. Seperti akan menandatangani kotrak miliaran, aku terdiam berfikir sekhusu mungkin. Dari hati yang terdalam, kuputuskan untuk percaya padamu. Aku akan mulai mengukir kenangan yang menjadikan kita sepasang manusia penuh cinta. Ya, mulai hari itu kita sepakat untuk saling mendekap. Kita yakin untuk terus melangkah, sampai pada waktunya untuk benar-benar hidup bersama.

Hari ini, tepat dua tahun dari waktu yang kita sepakati. Aku dan kamu sudah saling membuktikan, bahwa perkataan kita untuk menerima dan mengerti satu sama lain sudah terwujud dalam ikatan pernikahan. Kita pernah hampir berpisah, kita mungkin sering lelah. Namun takdir Tuhan-lah yang menentukan akhir dari kisah yang tak pernah terbayangkan ini. 

Selalulah menjadi pria yang kulihat pertama kali saat aku melihat dunia, dan yang terakhir kulihat saat menuju lelap. Jadilah pria yang selalu menjadi tempat bersandar saat aku kelelahan, jadilah pegangan saat aku limbung dengan cobaan. Jadilah pria yang taat akan aturan Tuhan, marilah bersama-sama berjalan dijalanNYA. Tuntunlah aku dalam setiap perjalanan kebaikanmu, ingatan aku ketika aku sudah mulai salah arah. Insyaallah akupun akan begitu, kita saling mengingatkan, tetap saling pengertian.

Kamu, pria yang kucintai. Calon ayah dari bayi yang kini sudah berkembang, Imam kehidupanku didunia yang fana. Terimakasih untuk waktu yang kita lewati selama ini. Semoga kita terus bersama, sampai akhirnya ajal mempertemukan kita kembali di SyurgaNya. Aamiin :)



14 comments:

  1. Cieeee...

    Ihiwww... ikut bahagia ih bacanya.

    Like it, Mba Ami. Semoga lancar semuanya

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah mba Angga, Aamiin Semoga mba Angga sama mas citrapun begitu yaa :D *sekarang udah tahu nama suaminya mba angga* hihihi

    ReplyDelete
  3. tumben maneh romantis moy. hihihiii.. duuhh jadi pengen nulis lagiiii ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pan anniversary ceritana teh jadi roromantisan..
      Nulis deui ath mel lebar eta domain :p

      Delete
  4. Sedang hamil ya, mbak Amy? Semoga sehat dan selamat ibu dan janinnya :-)

    ReplyDelete
  5. Langgeng dan bahagia selalu yaaa mbak Amy :)

    ReplyDelete
  6. Ehem ehem..cie cie..anniversary ya teh.

    Selamat ya, semoga menjadi keluarga samara ya dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya teh Lis, Alhamdulillah :D
      Aamiin doanya teh. Semoga teteh sama suamipun yaaa ^^

      Delete