Thursday, 10 March 2016

Ibu Hamil Dan Gerhana Matahari Total

9 Maret kemaren, selain jadi hari raya nyepi. Indonesia dihebohkan dengan GMT alias Gerhana Matahari Total. Banyak pihak yang memanfaatkan fenomena alam ini, ada yang memanfaatkannya secara finansial, tak jarang juga yang memanfaatkannya sebagai bukti ketaatan. Yang sibuk dengan dunia komersil, sibuk jeprat-jepret ikutan lomba foto internasional berhadiah total jutaan rupiah. Mungkin beberapa mengatakan "tuntutan profesi". Namun ada juga yang mengikuti sunnah Nabi, shalat gerhana dengan kekhusyukan berharap berkah Allah. Kita termasuk yang mana?

Sebagai Ibu Hamil dengan usia kandungan 8 bulan lebih, saya diberi masukan-masukan seputar mitos jaman baheula. Mulai dari harus mandi sampai kudu ngumpet dikolong meja. Hehehe, biar apa? Konon, saat gerhana akan ada semacam tanda untuk anak-anak yang masih berbentuk janin. Nah supaya tanda lahir tersebut nggak nempel diwajah sang janin, maka ibu hamil harus mandi dan ngumpet di kolong  meja atau kasur. Saya bilang ini mitos. Jadi saya nggak lakuin. :D

Source : google

Fyi, kata Mamah saya, saya lahir pas gerhana bulan. Alhamdulillah, pas lagi lahiran mamah saya nggak ngelahirin saya di kolong meja, dan nggak ada tanda apa-apa diwajah saya, hehe. Saya jadi inget film gerhana, mungkin harusnya saya punya kekuatan kaya pemeran utamanya. *yakali*

Sementara itu, ada satu pesan di group whatsapp yang membuat saya merenung. Ikutan baca yuk guys! :D

Rasulullah Takut Akan Gerhana, Tapi Umatnya Malah Menyepelekan
.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 .
Ketika Madinah terjadi gerhana matahari, ketahuilah bahwa Rasulullah merasa takut dan segera mengajak umat Islam untuk shalat di mesjid.  Meskipun beliau adalah manusia yang paling mengetahui segala sesuatunya [ lewat ijin Allah ] tapi Rasulullah tidak menunjukkan sikap yang tenang ketika terjadi gerhana.

Sebaliknya, Rasulullah malah waspada.  Beliau takut dan khawatir akan terjadi kiamat.

Lihatlah, sungguh berbeda dengan sikap umat [ Islam ] sekarang ini.  Merasa teknologi sudah demikian canggihnya, sehingga menganggap peristitwa gerhana [ matahari atau bulan ] adalah sebuah peristiwa alam ‘biasa’ yang tidak perlu disikapi apapun.  Jika Rasulullah takut, umatnya malah gembira.  Jika Rasulullah waspada, umatnya malah sibuk berencana foto selfie.  Jika Rasulullah khawatir akan terjadi kiamat, umatnya malah larut dalam rencana pesta gemerlap.

Astagfirullah.

Akan jadi apakah umat ini jika sikap Rasulullah tidak menjadi teladan bagi kita?  Janganlah kita merasa sok lebih pintar, sok lebih hebat, lebih canggih ketimbang jaman Rasulullah. Meskipun jaman Rasulullah belum ada satelit luar angkasa, belum ada teropong bintang, bahkan belum ada mobil. Tapi ketahuilah, ilmu yang dimiliki Rasululah adalah yang paling luas, dalam dan lengkap yang pernah dimiliki oleh manusia.

Kita hanya tahu peristiwa gerhana matahari hanya dalam perspektif ilmu pengetahuan.  Tapi apa kandungan peristiwa dibalik semua itu, kita buta sama sekali.  Kita tidak punya ilmu sedikitpun untuk menyingkap tabir dibalik peristiwa gerhana yang terjadi di tahun 2016 ini.  Mengapa gerhana tidak terjadi tahun sebelumnya, atau mengapa tidak 4 tahun lagi ?

Jawabannya bukan hanya persoalan science.  Tapi sesungguhnya ada sesuatu yang menyelimuti hal itu, yang tidak kita ketahui.  Ada ‘suatu pesan’  yang hendak disampaikan Allah Ta’ala dari peristiwa gerhana ini. Sesuatu yang menyelimuti itulah yang diketahui oleh Rasulullah, sehingga beliau merasa khawatir, takut dan waspada.  Dan sebagai solusi dari ketakutan beliau, Rasulullah melakukan shalat kusuf,

Sungguh, Nabi Takut Akan Gerhana

عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba hambaNya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah.”

An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya: Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat.

Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah.

Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat.

Siapa yang  tahu peristiwa ini ternyata  adalah tanda datangnya bencana atau adzab ?  Atau tanda semakin dekatnya hari kiamat, misalnya dengan semakin lemahnya tembok yang mengukung Ya’juj dan Ma’juj ?  Atau akan semakin keringlah sungai Eufrat di Iraq ?

Sesungguhnya, ada ‘pesan’ apakah yang hendak disampaikan Allah Ta’ala dari peristiwa gerhana ini?

Tidak patutlah umat Nabi Muhammad menyambut gerhana [ matahari atau bulan ] dengan suka cita. Karena tuntunan Rasulullah menyuruh kita untuk menghadapi gerhana dengan mempertebal keimanan, dan terus menerus berzikir mengingat Allah.  Kita tidak tahu bencana apa sesungguhnya yang tengah menanti kita, tapi kita pasrahkan semuanya kepada Allah Ta’la.

Perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.  Dan bukannya malah berpikir untuk foto selfie atau mengagumi peristiwa gerhana itu sendiri.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044). Wallahu a’lam bishowab

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ♥ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ♥ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ♥ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ♥ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Jadi, siapa yang masih berfikir Gerhana Matahari harus dirayakan? Apalagi disambut dengan dangdutan? Semoga kita termasuk golongan orang yang bisa mengerti dan selalu dilindungi Allah. Aamiin.

Semoga bermanfaat ^^

11 comments:

  1. Bner bgt gan, dzikir, membebaskan budah, bersedekah dan sholat gerhana lbh di utamakan. nice share

    ReplyDelete
  2. Betul sekali. Aku juga takut akan gerhana, takut kiamat hiiksss.. Tapi itu nggak banget deh mba, aku baru tahu kalau ibu hamil pas gerhana harus ngumpet di kolong meja dan sebagainya.. Hihihii... Nggak ada di dalam Al-Quran mah yang begini begini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe iyaa mba Asty, yang ngumpet dikolong itu mitos :D

      Delete
  3. Kalau anakku pagi2 dah bingung, dikira lebaran soalnya, alhamdulillaah, masjid hidup banget kemarin, Mba Amy

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.. Iyaa mba udah gitu kan pas tanggal merah ya, jadi berasa kaya lebaran banget hehe.

      Delete
  4. aku terharu bgd mbk wktu lihat gerhana kmrin, mskipun lihatnya dr tv, subhanallah bgd wes, Allahu akbar

    ReplyDelete
  5. Aku ga sampe ngumpet di kolong tempat tidur sih mak, la Wong bed nya aja di lantai. Huahaha
    Cuma, selama gerhana aku ga keluar rmh aja. Bersarang aja di dalem rmh sampe gerhananya abis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah samaan lagi hamil yaa mba? Iya nggak wajib ngumpet dikolong kasur/meja juga sih mba, Itu kan mitos :D
      Semoga lancar sampai lahiran yaa mba ^^ Aamiin.

      Delete