Ketika dilontarkan pertanyaan "Lahirannya dimana? Mau normal atau Caesar?" seperti itu sebelum melahirkan, saya selalu menjawab "Insyaallah normal.. Lahirannya di Puskesmas deket rumah..", begitupun dengan suami saya. Tak pernah terbesit sedikitpun buat lahiran dengan tindakan sectio Caesaria, alias Caesar disingkat SC. Namun ternyata Allah mengizinkan saya untuk melahirkan dengan tindakan Caesar. Setiap yang saya beritahu bahwa saya melahirkan Caesar, mereka otomatis bertanya "Kenapa?".
KENAPA? Ahh... Saya merasa sedih kalau harus ditanyakan alasan mengapa saya sampai harus melahirkan dengan tindakan Caesar itu. FYI, yang selama ini beredar dimasyarakan dengan sebutan lahiran "normal" sebenarnya disebut persalinan pervaginaan. Jadi "normal" itu sebenarnya kondisi dimana yang melahirkan maupun yang dilahirkan baik-baik saja. Nah nanti kalau mau nanya orang tanyanya "Mba, lahirannya pervaginaan atau Caesar?" gitu kali yah :D
Ada banyak alasan yang bisa saya sebutkan ketika ditanya "Mengapa melahirkan Caesar?". Pertama, kalau saya mau bercanda saya akan jawab "Biar keren.." Kedua, saya bisa aja cerita betapa menyedihkannya keadaan saya saat akan melahirkan sehingga saya terpaksa menjalani tindakan Caesar. Ketiga, saya akan bilang "baca diblog yaa, panjang sih ceritanya...". Saya rasa saya mulai ngawur -..- Baiklah saya akan cerita bagaimana pengalamarn saya melahirkan anak pertama yang Allah titipkan dan diberi nama "Khalif".
Setelah melewati HPL yang jatuh pada 9 April 2016, saya dan Rudi memutuskan untuk melakukan USG. Kabar baiknya janin dalam rahim saya baik-baik saja. Kabar buruknya, baru ketahuan bahwa posisi plasenta saya berada dibawah sehingga berkemungkinan untuk menutupi jalan lahir. Tapi dokter bilang masih sangat besar kemungkinan untuk melahirkan melalui pervaginaan. Baiklah... Meski agak cemas karena ada sesuatu yang kurang normal, saya dan suami berusaha positif thinking. Pesan dokter, jika ada sedikit saja pendarahan harap segera datang ke RB tersebut. Sayapun diberi beberapa pil berwarna pink, kalau tidak salah itu adalah pil yang mengandung vitamin B1 atau BComplex agar otot-otot menjadi kuat, namun saat saya googling ada juga yang mengatakan pil tersebut memberikan efek kontraksi pada rahim.
Sampai dirumah, saya penasaran dengan posisi plasenta dibawah yang dokter ucapkan, ternyata namanya adalah Placenta Previa. Bagus juga ya, hehe. Dari hasil googling lagi, ada beberapa blogger yang pernah mengalami Placenta Previa, namun berhasil melahirkan melalui pervaginaan. Beberapa uga ada yang harus melakukan tindakan Caesar. Dari data yang saya temui di google, rata-rata posisi plasenta yang kurang normal itu diketahui saat usia kandungan 20-30 minggu. Nah saya udah 40 minggu baru ketahuan... Sempet sebel sih, koo baru ketahuan didetik-detik terakhir sih? Emnag kemaren-kemaren pas USG nggak keliatan ya? :o
USG terakhir |
Minggu, 10 April 2016.
Hari ini adalah hari yang saya tunggu, karena hanya dihari inilah saya bisa makan sate usus mamang-mamang yang ada dipasar kaget, hehe. Setelah jalan-jalan sebentar saya dan suami melakukan ritual kunjungan kerumah Mama Mertua di Cipatat. Beberapa kali saya merasakan linu didaerah perut bawah. Apakah ini yang namanya kontraksi? Atau ini adalah hasil dari seblak, mie ayam, dan baso yang saya makan?
Sore harinya, saat dirumah saya agak kaget karena ada gumpalan darah seperti darah haid yang keluar. Spontan saya memanggil Rudi, kami sama-sama mengingat kembali apa yang dokter Intan katakan. Kalau nggak salah sih, kalau keluar darah seperti darah haid nggak perlu panik. Tapi jika yang keluar adalah darah segar, saya harus segera meluncur ke RB. Jadi? Kami mencoba tenang. Insyaallah yang tadi itu bukan darah segar, jadi masih aman. :)
Agak malam, rasa linu yang saya rasakan makin sering. Sekitar 30 menit sekali. Kata salah satu teman saya, Bidan nggak akan nerima kalau kita masih bisa senyum. Jika masih bisa tersenyum, paling kita akan disuruh pulang lagi kerumah. Ternyata apa yang diceritakan teman saya itu terjadi juga pada saya. Jam 11 malam, saya, suami dan mama pergi ke Puskesmas. Rudi pergi dengan motor, sementara saya dan mama berjalan kaki, kata mama biar lahirannya lancar jadi saya harus banyak berjalan kaki.
Setelah dilakukan pemerikasan dalam alias PD, saya dianjurkan untuk pulang lagi kerumah. "Nanti aja bu kalau mulesnya udah 5 menit sekali, baru kesini.." Baiklah. Kamipun pulang, saya masih bisa cengengesan.
Senin, 11 April 2016.
Kabar saya mengalami kontraksi sudah tersebar. Alhamdulillah sih ya jadi banyak yang ngedoain, hehe. Tapi malu juga, soalnya saya masih balik lagi ke rumah. Akhirnya jam 9 pagi, saya dan rudi memutuskan untuk pergi kembali ke Puskesmas. Pasalnya rasa linu yang saya rasakan sudah terjadi sampai 5 menit sekali. Saya masih bisa cengengesan, masih sempet chit-chat online, dan main candy crush. Hihihi.. Ada satu hal yang sangat saya sukai dari hari ini, yaitu Rudi cuti kerja. Horaaay! :D
Sesampainya di Puskesmas, saya senang karena menurut bidan saya sudah memsauki pembukaan 4. Namun, tak lama ada seorang bidan lagi yang masuk dan melakukan pemerikasaan dalam. "Ini mah baru pembukaan satu!"HAH? Jadi belum maju??? Saya yang awalnya senang jadi agak terganggu dengan vonis masih pembukaan satu. Tapi kali ini saya tidak diizinkan pulang, Bidan ini tahu bahwa posisi plasenta saya ada dibawah sehingga iapun berjaga-jaga jika terjadi pendarahan. Sedikit saja pendarahan, maka saya akan dirujuk ke rumah sakit.
Rudi mulai menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan untuk rujukan ke rumah sakit. Oiah, buat yang sedang hamil dan akan melahirkan, siapkan beberapa berkas berikut jika menggunakan BPJS, JAMKESMAS, ataupun KIS agar bisa dirujuk ke faskes yang lebih tinggi dari faskes tingkat satu sekaligus pembuatan Akte Kelahiran untuk anak;
1. Fotocopy Kartu Keluarga
2. Fotocopy KTP
3. Fotocopy Surat Nikah
4. Fotocopy kartu yang digunakan (BPJS, JAMKESMAS, ataupun KIS)
Masing-masing rangkap 3. Jika ada yang tidak sesuai, misal nama dalam kartu berbeda dengan KTP, atau tanggal lahir yang salah dan sebagainya, kita tak perlu mengantinya, cukup lampirkan surat keterangan dari Desa bahwa ada kesalahan pengetikan. Begitu...
Lanjut lagi kecerita proses persalinan saya yuk! :D
Siang sudah berlalu, agak malam rasa linu yang terjadi makin sakit. Kini bukan hanya daerah perut bawah yang sakit. Saya merasakan daerah saluran pembuangan feses menjadi panas dan nyelekit saat kontraksi. Awalnya ini terjadi 10 menit sekali, dan makin lama makin sering. 5 menit sekali, dengan rasa sakit yang makin berlipat... Apakah pembukaan saya sudah meningkat?
Setelah diperiksa ternyata pembukaan ini masihlah pembukaan satu. Bidan akhirnya memutuskan untuk memasangkan infus pada saya. Sekitar jam 7 malam saya ke kamar mandi, saat itu saya mengalami kontraksi dan saat akan membersihkan, ada lagi darah seperti darah haid yang keluar. Saya histeris, karena jumlahnya sangat banyak, menggumpal. Saya takut, jangan-jangan linu yang saya rasakan ini bukan akan mengeluarkan bayi tapi justru hanya mengeluarkan darah. Saya menceritakan kepanikan saya pada Rudi. Kami sepakat untuk meminta Bidan merujuk saya ke rumah sakit.
Tapi apalah daya, Bidan bilang tidak bisa merujuk saya ke rumah sakit karena keadaan saya masih normal. Tekanan darah masih normal, serta detak jantung bayipun masih normal. Setelah mengatakan itu tidak ada arahan apa-apa lagi. Ya, tiap empat jam sekali saya diperiksa dalam dan setiap satu jam sekali saya diperiksa tensi serta detak jantung bayi. Satu-satunya yang membuat saya agak senang adalah perkataan bidan "Detak jantung bayi-nya normal.." sisanya adalah kekesalan karena mengapa bidan membiarkan pasiennya tanpa aba-aba. Kami hanya disarankan untuk menunggu dan bersabar sampai batas waktu yang entah kapan dengan beristirahat. Sedikit terlintas dibenak saya untuk meminta pada Allah untuk pingsan, atau apalah yang bisa membuat saya dirujuk. Namun tidak terjadi apa-apa, selain rasa sakit yang datang dalam lima belas sampai lima menit sekali itu. Jangankan beristirahat, duduk dan berdiripun sudah tak enak. Saya menangis, ternyata saya cengeng. Bukan hanya mengalirkan air mata, tapi sayapun terisak. Terlihat raut muka cemas, tegang, dan mengaharukan dari wajah Rudi. Saya tahu, Rudi lebih mudah panik dibandingkan saya, apalagi saat melihat saya menangis, Rudi ikut meneteskan air mata. Kami menangis bersama..
Maaf mau tanya..pakai BPJS ya mbak??? Memang sih biasanya kalau di Puskesmas kalau semua terlihat normal gak akan dirujuk sekalipun minta..heheh...saya juga SC kok mbk..karena dari usia 6bulan posisi janin sungsang..
ReplyDeleteAwalnya iya mba pake bpjs, tapi akhirnya lewat jalur umur soalnya nggak kuat. Klo nunggu rujukan takutnya malah kenapa-kenapa :(
DeleteAiih..jadi ikut mules dan deg-degan...kita hanya bisa berencana ya dek, Allah yang menentukan apakah kita harus melahirkan normal atau SC. Yang penting Ibu dan bayi selamat..
ReplyDeleteIya mba Ika, tetep kuasa Allah itu mah yaa :D
Deletepengalaman mengandung anak pertama emang berjuta rasa yaaa mbak :) tapi itulah kodrati wanita *saya bangga operasi caesar 4x . Allahuakbar :)
ReplyDeleteWow, salute buat mba! :D
DeleteIya mba, pengalaman pertama kali ngelahirin.. Ternyata amazing banget ya :D
Saya kemarin juga sudah bukaan dua, tapi ngga naik2 bukaannya. Ketuban sudah merembes, dan sudah pendarahan meskipun tdk banyak. Akhirnya, SC juga :)
ReplyDeleteHehehe, cess kita mba :D
Delete